Jarak

Satu satu, tumbuh dan hilang. 

Kalau boleh menyebutkan salah satu titik balik di hidupku, akan kujawab "2018"
Kehidupan yang baru, yang bagiku sangatlah asing dan jauh
Di tahun 2018, keluargaku memutuskan untuk meninggalkan rumah kami di Makassar dan pindah ke Maros.Saat itu aku tidak tau, ternyata pindah rumah dapat merubah segala hal yang tidak pernah aku pikirkan sebelumnya. Tapi jika bisa mengerucutkannya ke dalam satu kata, yang paling berubah adalah "jarak".

Rumah baru kami adalah rumah yang nyaman. Namun yang tidak kusadari adalah kenyamanan ini harus dibayar jarak yang merenggangkan hubunganku dengan dunia-duniaku. Aku tumbuh besar di Makassar dan teman-temanku dari SD hingga SMA sebagian besar berdomisili di Makassar. Jarak rumah yang semakin jauh itu sedikit demi sedikit memperbesar jarakku dengan kawan-kawanku. Aku merasa jauh dan terpinggirkan. Hari demi hari, terasa asing. Seperti aku bukan bagian dari lingkaran pertemananku yang lama. Rasanya seperti aku bukan siapa-siapa lagi. Kata-kata yang cukup menggambarkan diriku saat ini adalah no-life

Aku selalu iri meliat stories teman-temanku yang berkumpul bersama teman-teman mereka yang lainnya. Aku merasakan rentangan jarak yang semakin besar dan rasanya kami sudah tidak berada di lembaran yang sama lagi. Namun di satu sisi, jujur, rasanya capek harus berkorban waktu, uang, dan perjalanan yang lama hanya untuk bertemu mereka kembali. Sesuatu yang tentu tidak bisa kulakukan sering-sering. Tidak terhitung sudah berapa banyak kesempatan bertemu, mengobrol, dan tertawa dengan teman-temanku yang kubuang karena jarak yang memisahkan. Dan tanpa kusadari, aku ditinggalkan.

Tentu berpindah rumah bukan satu-satunya yang bisa kusalahkan. Semenjak lulus SMA, aku rasanya seperti orang yang tidak tau caranya menjalankan pertemanan. Jika bisa kembali ke masa sekolah dulu, aku ingin bertanya kepada diriku sendiri, bagaimana menemukan kepercayaan diri dan memiliki banyak kawan. 

Kalau membacanya lagi, sebenarnya tidak ada yang bisa disalahkan juga. 
Memang waktu itu sudah waktunya pindah rumah dan merantau.
Apa sebenarnya pindah rumah dan merantau hanya akal-akalan otakku untuk memanipulasi diriku sendiri bahwa sebenarnya yang payah hanyalah diriku seorang?

Aku tidak tau mau bilang apa lagi.
Rasanya hanya ingin berhenti merasa depressed karena melihat orang bersenang-senang tanpa diriku. Berhenti merasa kesepian. Terlebih karena sesuatu yang aku sebabkan sendiri.



Comments

Popular Posts