a friend

Ini merupakan kisah antara diriku dan seorang teman.

Dulu ada seorang teman yang kukagumi semasa sekolah dasar, dan mungkin masih berlanjut hingga saat ini. Dia anak yang baik, ramah, sopan, pokoknya saya hampir tidak mengingat satupun sifat jelek dari dirinya. Hingga tahun 2014, kami cukup intens berbagi pesan melalui facebook. Kami sangat jarang bertemu sebab selepas lulus sekolah dasar, dia melanjutkan pendidikannya di pesantren.

Jujur, jikalau saya mengingat masa-masa kami mengeyam pendidikan di SD Inpres Tamalanrea 6,tidak banyak kenangan bersamanya yang saya ingat karena sudah lama sekali sejak saya lulus SD. Satu-satunya kenangan bersama dengannya yang masih terekam jelas di otak saya ialah suatu kejadian semasa SD yang tidak bisa saya ceritakan di sini, serta satu maghrib kami berbuka puasa bersama teman SD di tahun 2014.

Selebihnya, kisah-kisah kami berdua lebih banyak terjadi melalui fitur pesan di facebook.

Sebelum saya berbagi kisah antara saya dan teman yang saya kagumi itu, saya ingin mengenalkan kepada kalian semua bagaimana Oceng semasa SD. Sebab, kayaknya sifat saya selama SD lah yang mengantarkan saya mampu membuat kisah antara saya dan dia ini menjadi ada.

Semasa saya SD, saya cukup populer. Ini tidak bohong loh yah, hahahaha. Mungkin dikarenakan saat SD, saya lumayan pintar dan mudah berteman dengan siapa saja. Murid sekelasku pun tidak begitu banyak, jadi mudah saja untuk menjadi akrab satu sama lain. Sifat sayacukup easy going  semasa SD, dan yang tidak dapat saya lupakan, banyak timbul desas-desus teman sekelas atau dari sekolah lain yang suka sama saya. Termasuk dia yang kukagumi.

Awal mula kisah kami berdua saya sudah tidak ingat lagi, karena setelah saya selidik obrolan lama saya dan dengannya di facebook, dimulai sejak 2011, itupun merupakan obrolan lanjutan. Jadi awal mula kisah kami, sejak sebelum itu dan saya sudah lupa waktu tepatnya.


Ok, mari kita mulai kisahku dan dia yang sesungguhnya dari sini.

Seingatku, dia tidak pernah jujur mengatakan bahwa dia suka sama saya. Hanya rumor yang tersebar antara teman-teman sekolah kami, namun entah mengapa saya percaya-percaya saja. Justru saya senang, karena setidaknya orang yang suka sama saya adalah orang sebaik dia. Obrolan yang seri kami bagikan di facebook tidak jauh-jauh dari obrolan ringan sehari-hari, curhatan semasa sekolah kami di SMP, banjir dan yang paling sering dan saya ingat adalah reuni sekolah.

Dia melanjutkan sekolah di pesantren, tentu akan sulit bagi dia untuk ngumpul bersama kami, teman SD nya. Jadi kami sering membicarakan waktu yang tepat untuk reuni, meski selalu gagal di tiap tahunnya, hahaha. Satu-satunya reuni yang terwujud adalah reuni 2014, saat kami semua telah resmi menjadi siswa SMA. Kebetulan, obrolan kami di facebook juga terakhir pada tahun 2014. Semenjak itu kami sudah tidak pernah lagi berbagi kisah satu sama lain. Jujur, saya sepat diliputi perasaan bersalah, karena pertengahan 2014 saya sempat mengirimkan pesan yang mungkin menyakiti perasaan dia, meskipun kami tetap saling berkirim pesan sesudahnya. Jika kalian bertanya siapa yang terakhir mengirim pesan di 2014, itu dia. Pesan terakhir dia yang mengirimnya. Entah kenapa saya tidak membalasnya. Mungkin karena obrolan kami sudah tidak seintens dulu, kami sudah kehabisan topik, atau sesederhana kami sudah sibuk dengan kehidupan SMA kita masing-masing

Tahun 2015 saya membuat instagram dan kebetulan kami dipertemukan kembali melalui instagram, meskipun, tidak ada obrolan berarti. Tidak adalagi obrolan sehangat masa-masa 2011-2014 kami.

Sebenarnya, tidak ada yang spesial antara obrolan saya dan dia di facebook, tapi entah mengapa, setiap saya membaca kembali isi-isi pesan itu, saya merasa kembali lagi ke waktu itu. Ke waktu saya mengetik pesan itu, ke perasaan yang saya rasakan saat mengetik pesan itu, dan ke pikiran saya mengenai balasan apa yang akan dia kirimkan untuk saya. Kadang juga saya senyum-senyum sendiri.

Tahun 2014 semasa reuni SD merupakan terakhir kalinya saya bertemu dengan dia. Kami tidak mengobrol banyak, bahkan saling melihat wajah satu sama lain pun kami sungkan.

Dia teman yang baik. Teman yang selalu saya nantikan pesannya, teman yang kadang masih buat saya senyum kalau saya ingat sama dia. Tapi di satu sisi, dia juga teman yang bikin saya merasa sedih dan kangen juga. Hingga 2014, boleh saja dia yang terakhir kali mengirim pesan ke saya di facebook. Namun, sejak tahun 2016 hingga saat ini dan mungkin di masa yang akan datang, justru sayalah yang selalu mengirimi dan memborbardir dia dengan pesan di facebook dan instagram.

Yah meskipun saya tau dia tidak akan pernah bisa membalas pesan-pesan itu lagi


Saya  berterima kasih dengan semua kenangan-kenangan manis yang dia berikan ke saya melalui pesan-pesan facebooknya. Dia suka saya atau tidak sudah tidak begitu penting, intinya saya senang sudah mengenal dia.


Dan kebetulan sekarang sedang kangen dia.

Comments

Popular Posts